Semangat Freelance

Setelah resign dari perusahaan tempat saya kerja, untuk kembali mengurus skripsi yang belum revisi, secara bersamaan muncul pula keinginan untuk kembali menekuni dunia freelance, dan mulai berkontribusi kembali dalam dunia ini. Langkah pertama adalah membangun kembali portofolio online yang tidak pernah update sejak taun 2004 karena kesibukan saya dalam pekerjaan di kantor.

Mungkin sebenarnya, dunia freelance adalah dunia saya, dimana kita bebas untuk ber-ekspresi, ber-eksperiman, dan ber-eksplorasi tentang pengetahuan saya tentang desain Web dan Multimedia yang saya gemari. Menurut saya, ke-tiga “eks” diatas (ber-ekspresi, ber-eksperiman, dan ber-eksplorasi) adalah kunci kemajuan dari seorang pekerja seni, termasuk dunia desain digital yang saya geluti.

“Dunia Desain Digital” memiliki perbedaan yang sangat mendasar dengan dunia desain lain karena ia berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat berkembang, bila ingin survive pekerja seni digital harus terus mengikuti perkembangan, baik secara teknis (Software) maupun secara Seni (Gaya desain, Tipografi, dll).

Jadi teringat, sekitar tahun 2004 saya pernah resign dari perusahaan tempat saya bekerja hanya karena ingin mendalami CSS Layout. Kanapa harus resign? Deadline dan beban kerja di perusahaan tempat kerja seringkali membuat kita tidak bisa melakukan tiga “eks”, dan kita harus memiliki attitude sebagai seorang pekerja daripada seorang seniman. Dimana ketika kita sedang tidak mood mendesain, tapi deadline ketat dan tuntutan klien memaksa kita harus terus bekerja. Hal inilah yang terkadang membuat seorang desainer tidak dapat menghasilkan karya yang tidak konsisten, kadang jelek, kadang bagus, kadang biasa-biasa saja (setidaknya menurut diri sendiri). Tapi itulah dunia kerja, kebanyakan pekerjaan menuntut kita menyesuaikan dengan dunia kerja.

Freelance

Inilah yang membuat freelance lebih cocok dengan para pekerja seni, dimana kita bisa mengatur segala sesuatu agar dunia kerja menyesuaikan dengan dunia (kebiasaan) kita, termasuk mengatur waktu yang tepat dalam membuat sebuah karya seni. Biasanya, kalau sedang tidak mood dan belum dapat ide, saya sering menghabiskan waktu 1-3 hari hanya untuk sekedar baca-baca buku literatur, referensi online, atau mencari inspirasi desain. Hal ini sangat bermanfaat untuk selalu memberikan inovasi baru dari setiap desain yang nantinya dihasilkan, langkah kecil lebih baik daripada diam.

Untuk memilih warna dan font yang tepat saja terkadang butuh waktu cukup lama, terlebih bila desain harus memiliki sebuah tema khusus, tingkat kesulitannya menjadi lebih tinggi. Browsing kesana kemari, mencocok-cocokan font, dan bongkar pasang desain dan tataletak. Walau terdengar repot, tapi bagi pekerja seni, hal itulah yang memberikan kepuasan yang sulit di ukur dengan materi. Freelance, why not.

*resign = Mengundurkan diri (negatif), Mengajukan diri (positif)

9 Comments

  1. PupungBP

    @Gleam: Ayo dikebut umurnya biar cepet sama…
    @Yogi: Wah jangan gabung jadi Freelance deh mas Yogi, nambah-nambah saingan aja… he..he..he.. 😉

  2. Wah akhirnya bergabung dengan dunia freelance nich. Tinggal gue aja yg masih stuck dikantoran :(.

  3. kayaknya bakalan nyusul, klo nanti dah seumuran dg anda :p

  4. PupungBP

    @didats: he..he..he.. skripsi dan wisuda sih udah lama, cuman belum revisi, jadi belom dapet ijazah 😀 Tapi kita seumuran kok 😉

  5. mas pupung baru mulai skripsi?
    loh, tak kira umurnya sudah…

    wah, gag boleh panggil mas ini.. wong aku yg tuo kok..
    hihihi

  6. PupungBP

    @firman firdaus: belum berkeluarga, jadi masih pilihan pertama 😀

  7. PupungBP

    nambahin juga.
    *kedai = panti (negatif), yayasan (positif) 😀

  8. mau nambahin pung.
    * peraturan = untuk dilanggar (negatif), untuk ditaati (positif)
    😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.